Sunday, November 11, 2018

Bollinger Band

Bollinger Bands adalah indikator teknikal berupa pita-pita (garis-garis) yang digunakan untuk menggambarkan pergerakan apakah pasar sedang tenang atau sedang ramai. Selain arah trend, indikator ini juga digunakan untuk menentukan keadaan jenuh beli (overbought) dan jenuh jual (oversold). Ciri khasnya, dalam kondisi pasar sideways (ranging), harga bergerak diantara dua band (pita). Indikator ini diciptakan oleh John Bollinger, seorang technician trader pada tahun 1980.

Bollinger Bands terdiri dari tiga pasang garis, yaitu: garis tengah (MA), garis pita atas (Upper) dan garis pita bawah (Lower)yang mana garis garis ini digunakan untuk batas batas pergerakan harga. Upper dan Lower Band ditentukan berdasarkan penambahan dan pengurangan nilai SMA dengan standar deviasi. Sedangkan standar deviasi mengukur volatilitas hingga seberapa jauh harga bisa bergerak dari nilai yang sebenarnya (true value).
 
Dengan Rumus:
Upper Band = SMA (n) + k*Standard Deviation (n) 
Lower Band = SMA (n) - k*Standard Deviation (n) 
n = periode pengukuran (default: 2)



cara penggunaan Bollinger Band:

  • BUY Apabila harga menembus level SMA-20 ke arah atas, maka entry dilakukan saat candle ditutup di atas SMA-20 dengan target harga mencapai Upper Band. 
  • Kondisi uptrend terjadi bila harga telah melewati (menembus) upper band dan harga penutupan berada di luar band.

Thursday, November 8, 2018

Parabolic SAR (Stop and Reverse) adalah indikator untuk mengetahui berhentinya suatu tren dan terjadi pembalikan arah tren. Dalam sebuah grafik parabolic SAR digambarkan dengan titik-titik. Parabolic SAR muncul pada bagian atas atau bawah candlestick. Titik-titik yang muncul di bagian bawah candlestick menandakan tren market sedang dalam keadaan Bullish. Sedangkan jika titik-titik SAR muncul di bagian atas candlestick berarti tren pasar sedang dalam keadaan Bearish.

Secara umum, Parabolic SAR memiliki tiga fungsi, yaitu:
  • Menentukan arah tren.
  • Sebagai patokan Entry.
  • Posisi Exit dan Trailing Stops.
 
Parabolic SAR

Wednesday, November 7, 2018

Relative Strength Index

Relative Strenght Index (RSI)adalah indikator teknikal yang membandingkan momentum harga yakni antara nilai pada saat ini terhadap daya tarik losses yang terjadi. Diperkenalkan pertama kali oleh J. Welles Wilder pada tahun 1978 pada bukunya New Concepts in Technical Trading Systems. Nilai dari Rsi berada pada kisaran 0 - 100. Secara matematis RSI dituliskan sebagai berikut:

RSI = 100-(100 / (1+RS))
 
dengan RS adalah :  

RS = AG / AL

RS = Relative Strength, merupakan ratio antara dua buah XMA yang dihaluskan
AG = Average price gain pada periode yang ditentukan. Diperoleh dari total gain dibagi periode yang dipakai.
AL = Average price loss pada periode yang ditentukan. Diperoleh dari total loss dibagi periode yang dipakai.
RSI digunakan untuk mencari sinyal buy dan sell, seperti halnya indikator stochastic. Sinyal sell terjadi ketika sudah memasuki area overbought, sebaliknya sinyal buy dicari ketika RSI sudah memasuki area oversold. Area overbought dan berada di bawah 70, sedangkan konfirmasi buy adalah ketika RSI naik dari area oversold dan berada di atas 30.

 

Perbedaan Stocahastic dan RSI :
  • Stochastic didasarkan pada asumsi bahwa harga penutupan harus mendekati arah yang sama seperti tren saat ini. RSI melacak tingkat overbought dan oversold dengan mengukur kecepatan pergerakan harga.
  • Nilai RSI berkisar antara 0 sampai 100 dan diplot pada garis di bawah grafik harga. Bila nilai RSI tren di atas 70, maka dianggap overbought. Sebaliknya, dianggap oversold saat RSI dibaca di bawah 30. Stochastic oscillators diplot dalam kisaran yang terikat antara 0 dan 100. Kondisi overbought ada saat osilator berada di atas 80 dan oversold saat nilai di bawah 20. Stochastics menggunakan dua garis (dikenal dengan garis K dan D ) dan analisis crossover dapat dilakukan berdasarkan hubungan antara masing-masing. 
  • Secara umum, RSI lebih berguna di pasar tren dan stokastik lebih bermanfaat di pasar sideway atau berombak. 
  • RSI dirancang untuk mengukur kecepatan pergerakan harga, sedangkan stochastic bekerja paling baik dalam rentang perdagangan yang konsisten.

Tuesday, November 6, 2018

Stochastic Oscillator

Stochastic oscillator adalah salah satu indikator yang juga bisa membantu Anda untuk menemukan momentum yang baik untuk menentukan entry point. Indikator ini pertama kali dikembangkan oleh seorang dokter yang juga adalah trader saham dan analis teknikal yang bernama George Lane di tahun 1950-an.

Indikator ini memiliki dua garis: yaitu garis %K dan garis %D. Demi kemudahan untuk membedakannya, biasanya keduanya diberi warna yang berbeda. Warna yang biasa digunakan adalah warna biru muda untuk %K dan warna merah untuk %D. Tentu saja warna-warna itu nantinya bisa Anda ganti sesuai selera, yang penting nanti Anda bisa membedakan mana yang %K dan mana yang %D. Komponen lain adalah area overbought dan oversold. Pada stochastic, area Jenuh Beli  (overbought) ini berlokasi di atas level 80, sedangkan area Jenuh Jual (oversold) berlokasi di bawah level 20.


Cara menggunakan indikator ini :
  • Area di atas level 80 adalah Overbought; sementara di bawah 20 adalah Oversold
  • Sinyal Overbought dapat diabaikan dalam tren naik (Bullish) yang kuat; sementara sinyal Oversold dapat diabaikan dalam tren turun (Bearish) yang kuat. 
  • Sinyal BELI terjadi apabila garis %K memotong ke atas garis %D di area OVERSOLD; sedangkan sinyal JUAL terjadi apabila garis %K memotong ke bawah garis %D di area OVERBOUGHT.

Moving Average Convergen/ Divergen (MACD)

MACD adalah singkatan dari Moving Average Convergence / Divergence ( rata-rata pergerakan konverjensi / perbedaan), yang merupakan suatu indikator dari analisis teknikal yang diciptakan oleh Gerald Appel pada tahun 1960an. MACD adalah indikator untuk kelebihan beli atau kelebihan jual dengan melihat hubungan antara MA (Moving Average) jangka panjang dan pendek. Garis MACD adalah selisih dari 2 MA di atas. Garis kedua yaitu garis tanda adalah MA jangka pendek dari garis MACD.
Fungsi dari MACD adalah:
  • Mengidentifikasi tren harga saham
  • Mengetahui pembalikan arah tren, dan mendeteksi momentum
  • Mengidentifikasi jenuh beli dan jenuh jual
MACD merupakan indikator yang bersifat stabil. Dirancang untuk mengindentifikasi perubahan tren, tidak direkomendasikan untuk digunakan dalam kondisi pasar yang bergejolak.

MACD sebagai indikator memiliki 3 bagian, yang terdiri dari 2 garis, dan 1 histogram. Di dalam analisis MACD berikut 3 elemen tersebut:

  • MACD Signal dihitung dari EMA (Exponential Moving Average) dalam rentang waktu 9 hari. Periode Signal Line bisa diubah.
  • Garis MACD  Garis ini dihitung dari pengurangan EMA selama 26 hari dan 12 hari (EMA12 – EMA26). Periode dapat diubah sesuai preferensi.
  • Histogram. Grafik Bar MACD histogram ini dihitung dari pengurangan dari nilai MACD line dengan signal line (MACD line – Signal Line).


Saat untuk membeli, apabila MACD bernilai positif dan MACD line memotong signal line dari bawah ke atas (Golden Cross). Saat untuk menjual apabila MACD bernilai negatif dan MACD line memotong signal line dari atas ke bawah (Dead Cross).

Monday, November 5, 2018

Support & Resisten

Support adalah batas kenaikan harga, Sedangkan batas Resisten adalah batas penurunan harga. Penentuan support dan resisten cenderung subyektif. Setiap analis memiliki batas support dan resisten yang berbeda-beda.

Cara sederhana dalam menentukan resisten adalah dengan menghubungkan titik tertinggi suatu chart dengan sebuah garis lurus. Semakin banyak titik yg tersentuk garis maka resisten semakin valid. Sebaliknya, support secara sederhana dapat ditentukan dengan menghubungkan dua atau lebih titik terendah.
contoh Support - Resisten Saham ELSA

Support dan resisten berfungsi untuk menentukan waktu yang tepat dalam membeli atau menjual saham. Apabila harga menembus batas resisten maka disebut breakout resisten dan harga cenderung semakin naik. Apabila suatu harga turun menembus batas support maka disebut breakdown support dan harga cenderung semakin turun

Moving Average (MA)

Moving Average (MA) adalah rata-rata penutupan harga dari suatu emiten saham, misal MA10 menunjukan rata-rata harga dalam 10 hari sebelumnya.



Dalam penggunaanya MA dapat digabung dari beberapa periode. Misal MA10 dan MA50